WORKSHOP: MENJADI PENGAJAR KREATIF DAN PANDAI MELALUI COMPUTATIONAL THINKING

MALANG – Pada kesempatan kali ini, Politeknik Negeri Malang mengadakan sebuah workshop yang didukung oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Kota Malang dan google.org dengan mengusung tema “Menjadi Pengajar Kreatif dan Pandai melalui Computational Thinking”. Workshop ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 06 Juli- 07 Juli 2021 dan 14 Juli 2021 pada pukul 08.30 WIB secara daring. Narasumber pada workshop hari ini oleh Ibu Dra. Sri Handayani Wahyu Widayati, MM (Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang), Dr. Inggriani Liem (Ketua NBO Bebras Indonesia dan Ketua Scientific Comitee Nasional Gerakan PANDAI), dan Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT (Biro Bebras Politeknik Negeri Malang).

Pembukaan dan sambutan workshop pada tanggal 06 Juli 2021 dilakukan oleh Bapak Rudy Ariyanto, ST., Mcs. selaku Ketua Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Malang.  Selanjutnya dilanjutkan oleh Ibu Dra. Sri Handayani Wahyu Widayati, MM, menjelaskan dengan adanya pandemi ini sebenarnya adalah hikmah dimana pembelajaran secara offline dilakukan daring dimana guru senior dan junior semakin kompak berkolaborasi untuk belajar bersama memanfaatkan teknologi informasi. Gambaran sekolah penggerak secara umum hasil belajar diharapkan diatas level yang diharapkan. Lingkungan belajar aman, nyaman, inklusif,  dan menyenangkan, pembelajaran berpusat pada siswa. Untuk mewujudkan itu semua di awali dengan sumber daya manusia yang unggul yaitu kepala sekolah dan guru penggerak. “Marilah menjadi guru penggerak yang bisa menggerakkan guru-guru lainnya untuk saling berkolaborasi, berbagi ilmu, dan menciptkan pembelajaran yang menyenangkan dimana yang sulit menjadi mudah dan yang rumit menjadi sederhana”, ujar Ibu Dra. Sri Handayani Wahyu Widayati, MM saat workshop pada selasa (06/07/2021).

Materi pertama di sampaikan oleh Ibu Dr. Inggriani Liem yang mengenalkann Computational Thinking kepada Guru Ketua Kelompok Kota Malang. Beliau memaparkan bahwa Computational Thinking merupakan bagian dari profile pancasila. Dimana semua mata pelajaran harus bermuara dari profile pancasila.  Inti  dari profile pancasila yaitu pelajar beriman,  bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Anak menjadi pemikir baik karena dorongan dari dirinya bukan karena terpaksa. “Anak-anak di Indonesia perlu belajar memahami nilai-nilai pancasila dan mengimplementasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Ibu Dr. Inggriani Liem saat workshop pada Selasa (06/07/2021). Computational Thinking ini sekarang menjadi kemampuan literasi yang harus dikuasi setiap anak. Computational Thinking itu hakikatnya otomatisasi memilih pilihan yang optimal. Guru perlu bertransformasi melakukan refleksi. Ilmu terus berubah dimana kurikulumnya tetap, tetapi pembelajarannya yang berbeda dan cara mengajarnya berbeda. Computational Thinking problem solving secara efektif, efesien, dan optimal. Terdapat 4 konsep dalam Computational Thinking antara lain dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma.

Kemudian materi selanjutnya oleh Bapak Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT yang memaparkan mengenai pengenalan gerakan PANDAI. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Bebras Indonesia dengan dukungan google.org untuk menebarkan dan mengajarkan Computational Thinking kepada siswa-siswa melalui 22.000 guru berbagai mata pelajaran di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2020 dan 2021. Tujuan dari gerakan ini mengenalkan Computational Thinking dan tantangan bebras sebagai salah satu wahana berlatih  dengan cara menyenangkan dan membebaskan siswa dari sekat-sekat berpikir sebuah mata pelajaran saja (kegiatan utama). Gerakan ini juga memberikan ide  bagaimana menginfus Computational Thinking ke dalam mata pelajaran.  Latar belakang dari gerakan ini membantu siswa berpikir kritis dan kreatif serta belajar secara menyenangkan dan membantu menciptakan guru penggerak dalam suasana merdeka belajar bagi siswa. “Diharapkan setelah mengikuti workshop selama 3 hari, guru-guru di Kota Malang yang mengikuti workshop ini dapat mengenalkan Computational Thinking ke rekan sejawat dan mengajarkan berbagai aktivitasnya sesuai mata pelajaran kemudian setiap guru mengenalkan dan menerapkan Computational Thinking berbasis aktifitas kepada siswa”, ujar Bapak Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT saat workshop pada Selasa (06/07/2021).

Keterampilan menerapkan inovasi pembelajaran seperti ini harus disebar luaskan ke seluruh Guru di penjuru Indonesia agar anak didik atau generasi penerus Indonesia berdaya saing di masa mendatang. Untuk itu diharapkan kepada semua guru di Kota Malang  mempunyai komitmen yang sama untuk mau meningkatkan kemampuan siswa agar terbiasa berpikir tingkat tinggi.

Pada hari kedua, workshop dilanjutkan dengan materi yang tak kalah menarik dari hari pertama. Pemateri di hari kedua ini ada Bpk Odhitya Desta Triswidrananta, S.Pd., M.Pd., Bpk Vipkas Al Hadid Firdaus, ST,. MT, Bpk Noprianto, S.Kom., M.Eng, dan Bpk Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT. selaku Biro Bebras Politeknik Negeri Malang.

Materi yang dibawakan pun berbeda – beda dan sangat informatif. Untuk materi yang pertama yaitu Strategi infus Computational Thinking ke mata pelajaran (Computational Thinking for All) yang disampaikan oleh Bpk Odhitya Desta yang sudah bergabung dengan bebras mulai dari tahun 2018. Beliau menjelaskan bahwa Computational Thinking (CT) merupakan proses berpikir untuk mendapatkan solusi. Proses berpikir ini tidak hanya untuk siswa SD maupun SMP, tetapi bisa dilakukan untuk kegiatan sehari – hari juga. Mengapa pula Computational Thinking ini bisa perlu diterapkan, karena skor PISA kemampuan matematika, membaca, dan sains pelajar Indonesia tertiggal jauh dari negara tetangga dan rata-rata negara OECD. Lalu diperkirakan Indonesia baru bisa mencapai skor rata-rata OECD pada tahun 2065. Agar tidak perlu menunggu hingga waktu tersebut maka dibutuhkannya ada Computational Thinking dalam mata pelajaran, “Tentu butuh waktu yang lama jika menunggu hingga tahun tersebut, agar tidak perlu menunggu hingga waktu tersebut maka dibutuhkan adanya infus Computational Thinking ke mata pelajaran” ujar Bpk Odhitya Desta Triswidrananta, S.Pd., M.Pd saat workshop pada rabu (07/07/2021). CT ini bisa di implemetasikan ke semua mata pelajaran, seperti Matematika, Sosial, Bahasa, Seni, bahkan Olahraga. Bpk Odhitya tidak hanya menyampaikan materi, beliau juga memberikan banyak contoh soal yang menyisipkan Computational Thinking. Selain itu beliau selalu mengingatkan “Trisno Jalaran Soko Kulino” yang berarti semua bisa karena terbiasa yang dimaksudkan bagi para guru yang mengikuti workshop ini karena pasti butuh berlatih agar bisa terbiasa menggunakan Computational Thinking dalam mata pelajarannya.

Kemudian materi dilanjutkan oleh Bpk Vipkas Al Hadid Firdaus yang memberikan pelatihan untuk pembuatan akun bebras dan latihan soal Computational Thinking secara online menggunakan bebras Learning Management System (LMS). Peserta diberikan laman untuk bisa mencoba langsung membuat akun bersama-sama dan beberapa peserta yang memiliki kendala bisa langsung mengajukan pertanyaan kepada pemateri. Setelah sudah bisa membuat akun, peserta dipersilahkan untuk mencoba mengerjaan latihan tantangan bebras. Peserta tidak langsung dilepas untuk mengerjakan soal-soal tantangan bebras, tetapi diajak untuk mengerjakan beberapa soal secara bersama-sama. Bpk Vipkas Firdaus menjelaskan pula untuk soal yang ada di LMS Bebras ini acak untuk setiap akun, soal bisa dikerjakan secara tidak urut, dan juga bisa menjawab soal dengan kalimat/essai. Sangat terlihat antusias peserta saat mengerjakan soal tantangan bebras ini. Setelah sudah praktik cara penggunaan LMS Bebras peserta beruntun-runtun menyampaikan pertanyaan.

Setelah itu materi dilanjutkan oleh Bpk Noprianto, S.Kom., M.Eng yang mengenalkan Computational Thinking (CT) dengan Unplugged dan Plugged. Unplugged Computational Thinking adalah cara menerapkan CT berbasis aktifitas/interaksi langsung. Prinsip Kegiatan praktik ini dilakukan secara langsung (Hands On) seperti menggunakan kuas, spidol, atau tools yang lain. Setelah itu siswa nanti diajak untuk melatih proses berpikir (Thinking Process) sebagai implemtasi dekomposisi. Sifatnya Problem Solving atau mengajak siswa untuk mencari solusi dengan cara yang menarik. Ada berbagai model jikalau menggunakan cara ini seperti Model Problem based learning dan Model Inquiry. Sedangkan Plugged CT merupakan cara penerapat CT menggunakan komputer/hp dengan software/tools yang ada. Cara ini bisa digunakan menggunakan Education Kit dengan model block dan Aplikasi Scratch. Untuk bisa mengimplentasikan kedua cara tersebut ke para siswa perlu dibutuhkan pembekelan, “Tentu murid perlu dibekali dulu, alurnya bagaimana, menentukan alat bahannya, membuat langkah kerja, menemukan hal yang perlu diamati, dan akhirnya membuat kesimpulan.”, ujar Bpk Noprianto, S.Kom., M.Eng saat workshop pada rabu (07/07/2021).

Selepas semua sesi materi disampaikan, diakhiri dengan sesi evaluasi dan refleksi oleh Bpk Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT. Peserta memberikan pesan kesan mengikuti workshop selama 2 hari ini. Disini para peserta sharing kendala pembelajaran di sekolah masing-masing selama pandemi ini. Banyak peserta yang amat sangat senang dengan adanya workshop ini karena bisa lebih tahu bagaimana cara mengimplementasikan Computational Thinking ke dalam mata pelajaran agar bisa dipakai di sekolahnya masing-masing, lebih bisa mengajak siswa untuk berpikir kreatif, dan bisa memberikan inovasi cara pembelajaran yang lebih menarik. Untuk mengukur antusiasme para peserta, panitia mengirimkan link yang bisa diisi oleh peserta yang ingin menjadi guru koordinator. Harapan untuk para peserta, “Harapannya bisa menyebarkan semangat kepada pada guru dan siswa” ujar Bpk Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT. saat workshop pada rabu (07/07/2021).

 

(OSY&MIR/ODT)


Pengembangan Laboratorium IoT dengan Memanfaatkan “IoT Development Board” pada Platform Cloud & Local Network

MALANG – Dari generasi ke generasi teknologi semakin berkembang. Salah satu bidang keilmuan dan teknologi baru yang saat ini sedang berkembang pesat yaitu penggunaan internet dalam segala bidang, atau yang biasa disebut juga dengan Internet of Things (IoT). Dahulu kita hanya bisa berimajinasi tentang teknologi-teknologi canggih, seperti bisa menyalakan lampu tanpa menekan saklar, menjalankan mobil dengan fitur auto drive, mengetahui kadar kelembaban secara otomatis dan terjadwal, dan lain-lain. Saat ini, kita sudah bisa menggunakan alat-alat itu dengan teknologi Internet of Things (IoT). Dengan adanya IoT kegiatan sehari-hari pasti bisa jadi lebih mudah dan efisien.

Jurusan Teknologi Informasi (JTI) mengadakan acara Wokshop IoT bagi para dosen JTI yang dilaksanakan secara offline dengan tetap menaati protokol kesehatan di lantai 7 Gedung Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Malang. Workshop ini mengusung tema “Pengembangan Laboratorium IoT dengan memanfaatkan IoT Development Board pada Platform Cloud dan Local Network”. Materi dalam acara ini disampaikan oleh narasumber yang sudah berpengalaman di bidangnya  yaitu Bapak Dodit Suprianto, S.Kom., M.T. dan Bapak Noprianto, S.Kom., M.Eng. Acara pelatihan dihadiri oleh 14 dosen JTI sebagai kelanjutan program pengembangan laboratorium IoT yang diadakan oleh unit kerja Pembantu Direktur I Politeknik Negeri Malang.

Workshop diadakan selama 3 hari mulai tanggal 28 – 30 Juni 2021, dari pukul 08.00- 16.00 WIB. Adapun materi yang disampaikan oleh narasumber, seperti Peluang IoT (Research dan Market), Arsitektur IoT, Membagun Aplikasi Microcontroller dengan NodeMCU (Embedded System Device),  Cloud EC2 AWS dan masih banyak lagi.

Meskipun pandemi, dosen JTI terlihat antusias dalam mengikuti workshop ini. Materi yang disampaikan oleh para narasumber sangat menarik dan informatif. Dengan mengikuti workshop ini para dosen JTI mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang sangat bermanfaat.  Diharapkan setelah adanya workshop ini, para dosen JTI lebih memahami apa itu IoT dan juga bisa lebih mahir dalam penggunaannya serta dapat memudahkan kinerjaya  dalam kehidupan sehari-hari.

(MIR/FUM)


JTI Kembali Adakan Pelatihan untuk Pengembangan Mobile Application

Setelah sukses menggelar pelatihan aplikasi mobile (android) bekerjasama dengan Kemenperin, JTI Polinema kembali menggelar Retooling Kompetensi Vokasi Mahasiswa Pelatihan dan Sertifikasi Pengembangan Mobile Application Tahun 2017. Kali ini, peserta berasal dari Polinema dan Politeknik Padang. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 11-14 Desember 2017 dan dilanjutkan dengan uji sertifikasi pada tanggal 15 Desember 2017 di Gedung AF lantai 1 Polinema. Peserta yang berhasil lulus ujian akan mendapatkan sertifikat dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).

Pemateri merupakan dosen-dosen Jurusan Teknologi Informasi yang telah bersertifikat, sehingga diharapkan mampu membantu peserta dalam memahami materi yang diberikan. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah Pengenalan Android, Android Layout, Android Recyclerview Basic, Android SQ Lite, Android SQ Lite Cruid, Android Recyclerview Advance, Android Retrovit Basic dan Android Retrovit Advance.

Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat bergerak dengan layar sentuh, seperti telepon pintar dan komputer tablet. Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun 2005. Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, yaitu sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu/lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas. Sistem operasi Android yang bersifat terbuka (open source) memungkinkan pihak ketiga terlibat dalam mengembangkan aplikasi untuk perangkat Android. Pertama kali dibuka pada 22 Oktober 2008, saat ini lebih dari 1,5 juta aplikasi tersedia di android market, baik yang berbayar maupun yang gratis. (ayu)