SIAP Polinema 2021 – Inovasi Digital Sebagai Solusi Era New Normal untuk Menyongsong Society 5.0

MALANG – Jurusan Teknologi Informasi (JTI) Polinema mengadakan Seminar Informatika Aplikatif Polinema (SIAP) yang dilakukan secara daring dan juga disiarkan secara live di akun youtube jtipolinema. SIAP Polinema pada tahun ini mengusung tema Inovasi Digital Sebagai Solusi Era New Normal untuk Menyongsong Society 5.0. Seminar yang diadakan pada tanggal 28 Agustus 2021 ini mengundang pembicara utama yang luar biasa yaitu Dewi Nurfitri O.M.Eng Sebagai Data Engineer dari Kata.ai dan Demsy Iman Mustasyar,S.Kom Sebagai Data Engineer dari Mercateo Deutschland AG ex BI and Data Warehouse Engineer Gojek.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjut dengan sambutan dari Dr. Eng. Rosa Andrie Asmara, ST., MT. Sebaga Sekretaris Jurusan Teknologi Informasi. Beliau menyampaikan terimakasih kepada para pembicara utama, para bapak/ibu dosen, dan semua panitia karena sudah berkenan hadir dan bekerja sama dalam acara seminar online ini dan berharap ilmu yang disampaikan nanti akan bermanfaat. Seminar ini merupakan SIAP yang ke 7 kalinya, sejak tahun 2015. SIAP merupakan salah satu wadah agar dapat mempublikasikan artikel ilmiah para mahasiswa tingkat akhir, agar nanti bisa dibaca oleh publik. Nantinya diharapkan bisa membantu adik-adik mahasiswa dalam mencari referensi,”Ilmunya nanti akan dilihat oleh adik kelas, bisa jadi referensi, kalau bingung cari judul juga bisa lihat judul dari kakak kelasnya” begitu ujar Bapak Rosa (28/08/21). Setelah itu acara pun resmi dimulai.

Selanjutnya yaitu penyampaian materi oleh Demsy Iman Mustasyar,S.Kom. Disini beliau menjelaskan tentang data engineer, bagaimana beliau bisa terjun ke dalam dunia data engineer, dan melakukan demo proses mengolah data. Beliau menyampaikan materi dimulai dengan memperkenalkan kepada para peserta seminar apa itu data engineer. Lalu dilanjutkan pula dengan pekerjaan apa saja yang ada di bidang data, seperti Data Engineer, Data Warehouse Engineer, Data Analyst, dan Data Scientist. Setelah hal itu dibahas tuntas, dilanjutkan dengan menjelaskan tentang scope kerja data engineer. Ada 2 yaitu Extract, Transform, Load (ETL) dan Data Warehouse (DWH). Lalu, pembicara juga menyampaikan materi tentang Cloud Platform yang saat ini banyak digunakan oleh banyak perusahaan, “Banyak perusahaan yang melakukan migrasi dari server fisik ke cloud platform. Karena lebih efisien, lebih aman, dan nyaman.” Ucap Demsy (28/08/21). Dan penyampaian materi ditutup dengan demo pengolahan data dengan proses ETL.

Berikutnya disambung dengan penyampaian materi oleh pembicara kedua yaitu Dewi Nurfitri O.M.Eng. Pembicara menyampaikan banyak hal menarik yang relevan dengan keadaan saat ini. Di awali dengan menjelaskan tentang era revolusi industry 4.0 dan society 5.0, menggunakan teknologi di era new normal, dibalik teknologi chatbot, pengolahan data percakapan, dan skills apa saja yang dibutuhkan untuk menghadapi era society 5.0. Beliau menjelaskan tentang masa perkembangan revolusi industry. Di era society 4.0 manusia masih mengolah data secara sendiri dengan jaringan cloud dan jaringan internet, sedangkan di era society 5.0 manusia sudah dimudahkan karena sudah tidak ada batasan di ruang fisik maupun ruang maya. Setelah itu, disambung dengan penjelasan teknologi apa yang ada di balik chatbot. Ia juga mengenalkan produk yang dimiliki kata.ai yaitu “Omni Chat” yang memungkinkan seorang user ketika chatting dengan chat bot bisa hybrid. Lalu, jika user bosan berbicara dengan bot bisa juga berbicara dengan human agent yang bisa melahirkan haroni antara teknologi dan manusia, “Justru disitu lah letak sebuah harmoni teknologi dengan manusia” ujar Dewi (28/08/21). Lalu di akhir sesi, beliau menyampaikan apa saja Skills yang dibutuhkan untuk menghadapi era society 5.0. Ternyata skills yang dibutuhkan yaitu Soft Skill, seperti Growth mindset, Communication, Collaboration & Teamwork, dan masih banyak lagi. Yang nantinya diperlukan karena membantu untuk lebih bisa berkolaborasi dalam tim. Dan juga Hard Skill, yang bisa di dapatkan secara formal maupun non formal. Karena hal itu penting untuk dimiliki seseorang yang akan terjun ke dunia industri.

Setelah serangkaian acara sudah dilaksanakan, SIAP ditutup dengan pengumuman poster terbaik dan nilai tertinggi laporan akhir versi siap 2021 oleh Bapak Zawaruddin selaku ketua panitia. Dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

 

(MIR/ODT)


WORKSHOP: MENJADI PENGAJAR KREATIF DAN PANDAI MELALUI COMPUTATIONAL THINKING

MALANG – Pada kesempatan kali ini, Politeknik Negeri Malang mengadakan sebuah workshop yang didukung oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Kota Malang dan google.org dengan mengusung tema “Menjadi Pengajar Kreatif dan Pandai melalui Computational Thinking”. Workshop ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 06 Juli- 07 Juli 2021 dan 14 Juli 2021 pada pukul 08.30 WIB secara daring. Narasumber pada workshop hari ini oleh Ibu Dra. Sri Handayani Wahyu Widayati, MM (Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang), Dr. Inggriani Liem (Ketua NBO Bebras Indonesia dan Ketua Scientific Comitee Nasional Gerakan PANDAI), dan Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT (Biro Bebras Politeknik Negeri Malang).

Pembukaan dan sambutan workshop pada tanggal 06 Juli 2021 dilakukan oleh Bapak Rudy Ariyanto, ST., Mcs. selaku Ketua Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Malang.  Selanjutnya dilanjutkan oleh Ibu Dra. Sri Handayani Wahyu Widayati, MM, menjelaskan dengan adanya pandemi ini sebenarnya adalah hikmah dimana pembelajaran secara offline dilakukan daring dimana guru senior dan junior semakin kompak berkolaborasi untuk belajar bersama memanfaatkan teknologi informasi. Gambaran sekolah penggerak secara umum hasil belajar diharapkan diatas level yang diharapkan. Lingkungan belajar aman, nyaman, inklusif,  dan menyenangkan, pembelajaran berpusat pada siswa. Untuk mewujudkan itu semua di awali dengan sumber daya manusia yang unggul yaitu kepala sekolah dan guru penggerak. “Marilah menjadi guru penggerak yang bisa menggerakkan guru-guru lainnya untuk saling berkolaborasi, berbagi ilmu, dan menciptkan pembelajaran yang menyenangkan dimana yang sulit menjadi mudah dan yang rumit menjadi sederhana”, ujar Ibu Dra. Sri Handayani Wahyu Widayati, MM saat workshop pada selasa (06/07/2021).

Materi pertama di sampaikan oleh Ibu Dr. Inggriani Liem yang mengenalkann Computational Thinking kepada Guru Ketua Kelompok Kota Malang. Beliau memaparkan bahwa Computational Thinking merupakan bagian dari profile pancasila. Dimana semua mata pelajaran harus bermuara dari profile pancasila.  Inti  dari profile pancasila yaitu pelajar beriman,  bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Anak menjadi pemikir baik karena dorongan dari dirinya bukan karena terpaksa. “Anak-anak di Indonesia perlu belajar memahami nilai-nilai pancasila dan mengimplementasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Ibu Dr. Inggriani Liem saat workshop pada Selasa (06/07/2021). Computational Thinking ini sekarang menjadi kemampuan literasi yang harus dikuasi setiap anak. Computational Thinking itu hakikatnya otomatisasi memilih pilihan yang optimal. Guru perlu bertransformasi melakukan refleksi. Ilmu terus berubah dimana kurikulumnya tetap, tetapi pembelajarannya yang berbeda dan cara mengajarnya berbeda. Computational Thinking problem solving secara efektif, efesien, dan optimal. Terdapat 4 konsep dalam Computational Thinking antara lain dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma.

Kemudian materi selanjutnya oleh Bapak Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT yang memaparkan mengenai pengenalan gerakan PANDAI. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Bebras Indonesia dengan dukungan google.org untuk menebarkan dan mengajarkan Computational Thinking kepada siswa-siswa melalui 22.000 guru berbagai mata pelajaran di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2020 dan 2021. Tujuan dari gerakan ini mengenalkan Computational Thinking dan tantangan bebras sebagai salah satu wahana berlatih  dengan cara menyenangkan dan membebaskan siswa dari sekat-sekat berpikir sebuah mata pelajaran saja (kegiatan utama). Gerakan ini juga memberikan ide  bagaimana menginfus Computational Thinking ke dalam mata pelajaran.  Latar belakang dari gerakan ini membantu siswa berpikir kritis dan kreatif serta belajar secara menyenangkan dan membantu menciptakan guru penggerak dalam suasana merdeka belajar bagi siswa. “Diharapkan setelah mengikuti workshop selama 3 hari, guru-guru di Kota Malang yang mengikuti workshop ini dapat mengenalkan Computational Thinking ke rekan sejawat dan mengajarkan berbagai aktivitasnya sesuai mata pelajaran kemudian setiap guru mengenalkan dan menerapkan Computational Thinking berbasis aktifitas kepada siswa”, ujar Bapak Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT saat workshop pada Selasa (06/07/2021).

Keterampilan menerapkan inovasi pembelajaran seperti ini harus disebar luaskan ke seluruh Guru di penjuru Indonesia agar anak didik atau generasi penerus Indonesia berdaya saing di masa mendatang. Untuk itu diharapkan kepada semua guru di Kota Malang  mempunyai komitmen yang sama untuk mau meningkatkan kemampuan siswa agar terbiasa berpikir tingkat tinggi.

Pada hari kedua, workshop dilanjutkan dengan materi yang tak kalah menarik dari hari pertama. Pemateri di hari kedua ini ada Bpk Odhitya Desta Triswidrananta, S.Pd., M.Pd., Bpk Vipkas Al Hadid Firdaus, ST,. MT, Bpk Noprianto, S.Kom., M.Eng, dan Bpk Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT. selaku Biro Bebras Politeknik Negeri Malang.

Materi yang dibawakan pun berbeda – beda dan sangat informatif. Untuk materi yang pertama yaitu Strategi infus Computational Thinking ke mata pelajaran (Computational Thinking for All) yang disampaikan oleh Bpk Odhitya Desta yang sudah bergabung dengan bebras mulai dari tahun 2018. Beliau menjelaskan bahwa Computational Thinking (CT) merupakan proses berpikir untuk mendapatkan solusi. Proses berpikir ini tidak hanya untuk siswa SD maupun SMP, tetapi bisa dilakukan untuk kegiatan sehari – hari juga. Mengapa pula Computational Thinking ini bisa perlu diterapkan, karena skor PISA kemampuan matematika, membaca, dan sains pelajar Indonesia tertiggal jauh dari negara tetangga dan rata-rata negara OECD. Lalu diperkirakan Indonesia baru bisa mencapai skor rata-rata OECD pada tahun 2065. Agar tidak perlu menunggu hingga waktu tersebut maka dibutuhkannya ada Computational Thinking dalam mata pelajaran, “Tentu butuh waktu yang lama jika menunggu hingga tahun tersebut, agar tidak perlu menunggu hingga waktu tersebut maka dibutuhkan adanya infus Computational Thinking ke mata pelajaran” ujar Bpk Odhitya Desta Triswidrananta, S.Pd., M.Pd saat workshop pada rabu (07/07/2021). CT ini bisa di implemetasikan ke semua mata pelajaran, seperti Matematika, Sosial, Bahasa, Seni, bahkan Olahraga. Bpk Odhitya tidak hanya menyampaikan materi, beliau juga memberikan banyak contoh soal yang menyisipkan Computational Thinking. Selain itu beliau selalu mengingatkan “Trisno Jalaran Soko Kulino” yang berarti semua bisa karena terbiasa yang dimaksudkan bagi para guru yang mengikuti workshop ini karena pasti butuh berlatih agar bisa terbiasa menggunakan Computational Thinking dalam mata pelajarannya.

Kemudian materi dilanjutkan oleh Bpk Vipkas Al Hadid Firdaus yang memberikan pelatihan untuk pembuatan akun bebras dan latihan soal Computational Thinking secara online menggunakan bebras Learning Management System (LMS). Peserta diberikan laman untuk bisa mencoba langsung membuat akun bersama-sama dan beberapa peserta yang memiliki kendala bisa langsung mengajukan pertanyaan kepada pemateri. Setelah sudah bisa membuat akun, peserta dipersilahkan untuk mencoba mengerjaan latihan tantangan bebras. Peserta tidak langsung dilepas untuk mengerjakan soal-soal tantangan bebras, tetapi diajak untuk mengerjakan beberapa soal secara bersama-sama. Bpk Vipkas Firdaus menjelaskan pula untuk soal yang ada di LMS Bebras ini acak untuk setiap akun, soal bisa dikerjakan secara tidak urut, dan juga bisa menjawab soal dengan kalimat/essai. Sangat terlihat antusias peserta saat mengerjakan soal tantangan bebras ini. Setelah sudah praktik cara penggunaan LMS Bebras peserta beruntun-runtun menyampaikan pertanyaan.

Setelah itu materi dilanjutkan oleh Bpk Noprianto, S.Kom., M.Eng yang mengenalkan Computational Thinking (CT) dengan Unplugged dan Plugged. Unplugged Computational Thinking adalah cara menerapkan CT berbasis aktifitas/interaksi langsung. Prinsip Kegiatan praktik ini dilakukan secara langsung (Hands On) seperti menggunakan kuas, spidol, atau tools yang lain. Setelah itu siswa nanti diajak untuk melatih proses berpikir (Thinking Process) sebagai implemtasi dekomposisi. Sifatnya Problem Solving atau mengajak siswa untuk mencari solusi dengan cara yang menarik. Ada berbagai model jikalau menggunakan cara ini seperti Model Problem based learning dan Model Inquiry. Sedangkan Plugged CT merupakan cara penerapat CT menggunakan komputer/hp dengan software/tools yang ada. Cara ini bisa digunakan menggunakan Education Kit dengan model block dan Aplikasi Scratch. Untuk bisa mengimplentasikan kedua cara tersebut ke para siswa perlu dibutuhkan pembekelan, “Tentu murid perlu dibekali dulu, alurnya bagaimana, menentukan alat bahannya, membuat langkah kerja, menemukan hal yang perlu diamati, dan akhirnya membuat kesimpulan.”, ujar Bpk Noprianto, S.Kom., M.Eng saat workshop pada rabu (07/07/2021).

Selepas semua sesi materi disampaikan, diakhiri dengan sesi evaluasi dan refleksi oleh Bpk Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT. Peserta memberikan pesan kesan mengikuti workshop selama 2 hari ini. Disini para peserta sharing kendala pembelajaran di sekolah masing-masing selama pandemi ini. Banyak peserta yang amat sangat senang dengan adanya workshop ini karena bisa lebih tahu bagaimana cara mengimplementasikan Computational Thinking ke dalam mata pelajaran agar bisa dipakai di sekolahnya masing-masing, lebih bisa mengajak siswa untuk berpikir kreatif, dan bisa memberikan inovasi cara pembelajaran yang lebih menarik. Untuk mengukur antusiasme para peserta, panitia mengirimkan link yang bisa diisi oleh peserta yang ingin menjadi guru koordinator. Harapan untuk para peserta, “Harapannya bisa menyebarkan semangat kepada pada guru dan siswa” ujar Bpk Agung Nugroho Pramudhita, ST., MT. saat workshop pada rabu (07/07/2021).

 

(OSY&MIR/ODT)


Kuliah sambil bekerja, kenapa tidak?

MALANG – Kehidupan mahasiswa biasanya fokus pada kuliah agar dapat nilai atau IPK yang di impikan. Tetapi ternyata bagi beberapa mahasiswa justru ada yang merasa jika saat kuliah hanya fokus pada pelajaran dan tugas itu sama saja dengan tidak memanfaatkan waktu dengan maksimal, apalagi sekarang kuliah dilakukan daring tentunya peluang untuk eksplorasi dunia luar mengenai pendidikan maupun pekerjaan sangatlah banyak. Ada yang mencoba membuka usaha, mengikuti pelatihan, mengikuti internship, dan masih banyak lagi.

Mahasiswa tingkat 3 D3 Manajemen Informatika (MI), Addin Ninggar Tiastika. Merupakan Digital Marketing dan Sosial Media Manager di salah satu perusahaan kecantikan yaitu KF Skin Cosmetics. Awalnya dia menjadi content creator lalu ditugaskan untuk membuat konten yang di pakai untuk keperluan marketing ataupun branding company. Di bagian itu ia belajar banyak hal seperti bagaimana membuat konten yang persuasif persuasif dengan copywriting dan metode yang tepat biar sesuai sama tujuan ke audience dan bagaimana cara agar audience tidak merasa bosan dengan melihat konten iklan. Berbagai cara ia lakukan dengan menambah referensi dari banyak sumber serta belajar dengan seniornya.

Ceritanya tidak sampai disitu saja, Addin lalu masuk ke digital marketing dan social media manager, disini ia mulai belajar mengembangkan social media dari KF Skin Cosmetics. Mulai dari menaikkan engagement, membuat instagram verified, dan improve content quality. Ternyata sedikit banyak ilmu dasar dari jurusannya yaitu Teknologi Informasi (TI) digunakan disini, sehingga ia berani masuk ke dunia digital marketing. Lalu di bagian digital marketing dia mengatur digital advertisement meliputi facebook ads, instagram ads, dan google ads. Tetapi untuk mencapai semua itu pasti ada usaha yang harus dilakukan, “Perjalanan yang tidak gampang karena semua yang ada di kerjaan aku ini gaada di matkul kuliah, jadi aku harus cari referensi dari banyak sumber dan belajar banyak dari senior” Addin (29/06/21).

Informasi Internship di KF Skin Cosmetics ini bisa dilihat di instragram resminya. Sayangnya karena Covid-19 sedang dalam masa yang mengkhawatirkan maka untuk internship di tutup sementara. Syarat yang dibutuhkan untuk bisa internship di perusahaan ini hampir sama dengan yang lain. Internship disini di prioritaskan Work From Office (WFO). Keuntungan yang di dapat jika internship di perusahaan ini yaitu sertifikat dan kesempatan direkrut, “Bisa dapat sertifikat dan bisa ditekrut juga kalau skill kita sesuai dengan kebutuhan manajemen” Ujar Addin.   Perjalanan Addin sangat menginspirasi untuk mahasiswa saat ini untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan hal-hal yang positif seperti bekerja dengan kuliah tanpa mengganggu bidang akademiknya dengan demikian dapat kita mempelajari hal baru dan menambah pengalaman di dunia pekerjaan.

 


Sosok Dwi Puspitasari, Perempuan Inspiratif JTI 2017

Keluarga adalah pondasi awal pembentukan karakter bagi penerus bangsa. Generasi muda kita bergantung pada pendidikan di keluarga. Bersama suami, Ibu Dwi Puspitasari selalu berusaha memberikan teladan terbaik bagi ketiga putra putri mereka. Bersama, mereka mengajarkan kedisiplinan, kejujuran, dan keterbukaan dalam keluarga. Disisi lain, menjadi dosen merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi perempuan yang lahir 38 tahun lalu ini. “Menjadi dosen merupakan harapan dari kedua orang tua yang ingin memiliki anak seorang pendidik. Mewujudkan keinginan orang tua merupakan salah satu prestasi terbesar bagi saya. Setelah menikah, saya juga baru tahu kalau profesi saya sebagai dosen merupakan kebanggaan bagi suami serta keluarganya,” ungkap ibu asal Surabaya ini.

Dwi Puspitasari merupakan salah satu dosen yang cukup senior di Jurusan Teknologi Informasi. Perempuan yang lahir di kota Sidoarjo ini mulai menjadi staf pengajar di Polinema pada tahun 2005, dimana saat itu Jurusan Teknologi Informasi masih belum terbentuk dan masih berupa Program Studi Manajemen Informatika yang bernaung di bawah Jurusan Teknik Elektro. Dwi, sapaan akrabnya, menuntaskan Magisternya di ITS Surabaya, dengan predikat Cumlaude (dengan pujian).

Sejak awal bekerja, Dwi berada jauh dari keluarga. Jika Dwi bekerja di Polinema, sang suami bekerja di Surabaya, pun anak-anak mereka yang bersekolah di Surabaya. Kendati demikian, jauhnya jarak tidak membatasi perhatian dan kasih sayang Dwi bagi keluarganya. Media komunikasi yang canggih menjadi andalan bagi istri dari Agus Istari ini.

Sebagai pengajar, Dwi termasuk salah satu pengajar yang berdedikasi. Baginya, mengajar bukan hanya menjadi pekerjaan, tapi merupakan tanggung jawab besar yang harus ia kerjakan sebaik-baiknya. Mengajar bukan hanya memberi tahu, tapi juga mendidik, mengubah mahasiswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Ini hanya sebagian kecil alasan bagi Jurusan Teknologi Informasi untuk menobatkan Dwi Puspitasari sebagai Perempuan Inspiratif dari Jurusan Teknologi Informasi. Penganugerahan Perempuan Inspiratif 2017 merupakan helatan besar yang diselengarakan Polinema dalam rangka memperingati Hari Ibu tahun 2017 yang digelar tanggal 15 Desember 2017 lalu. Acara yang baru pertama kali digelar ini memberikan penghargaan kepada 9 Perempuan Inspiratif dari 7 Jurusan, 1 orang dari Kantor Pusat dan 1 orang dari Dharma Wanita.

Selain penganugerahan Perempuan Berprestasi, dalam gelaran ini juga dihadirkan Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, MS dari pusat unit gender Universitas Brawijaya untuk memberikan materi seminar bertema ‘Peningkatan Peran Perempuan dalam Upaya Perbaikan Kualitas Bangsa dan Negara’. Dalam kesempatan ini, ia mengungkapkan bahwa kapasitas internal perempuan perlu ditingkatkan. “Ada tujuh kunci sukses perempuan dalam meningkatkan pembangunan. Kunci pertama adalah harga diri, dan kunci ketujuh adalah nurani yang bersih,” tuturnya. (ayu)

Save